Jendela Informasi - Apakah habib, ulama, dan ustaz itu memiliki arti yang sama? Kata ulama dan ustaz memang terdengar familiar dan lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tak banyak yang paham dengan perbedaan tersebut.
Oleh karena itu ada baiknya kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia daring (dalam jaringan) Edisi IV. Dalam kamus tertera, habib 1. yang dicintai; kekasih; 2. panggilan kepada orang Arab yang berarti tuan; 3. panggilan kepada orang yang bergelar sayid.
Sementara itu, sayid adalah 1. kata sapaan kepada orang Arab keturunan Nabi Muhammad saw; tuan; 2. orang Arab keturunan Nabi Muhammad saw.
Artinya, selain keturunan Rasulullah, penyematan kata habib kepada seseorang harus diikuti dengan perbuatannya yang meneladani sifat Rasul, yakni berbuat baik, memiliki wawasan yang luas sehingga bisa mengamalkannya, dan bertakwa kepada Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, jika seorang habib hanya diartikan sebagai panggilan atau sapaan untuk mendongkrak popularitas, mari kita luruskan.
Pertanyaan kedua adalah arti ulama. Ulama memiliki arti orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam: ia seorang besar pada zaman kebangkitan Islam. Oleh karena itu, tak heran bila banyak ulama-ulama yang dimintai pendapatnya karena dia adalah sesesorang yang ahli.
Menurut KBBI, ahli 1. orang yang mahir, menguasai, paham sekali dalam suatuilmu; 2. orang yang memiliki kemampuan dalam menelaah, menganalisis, menginterpretasi suatu ilmu. Maka dari itu, ulama pun memiliki tugas untuk mengayomi dan membimbing masyarakat secara luas.
Proses pembimbingan adalah hasil telaah mereka terhadap suatu ilmu pengetahuan - agama Islam - yang diamalkan. Kita pun mengenal Majelis Ulama Indonesia yang salah satu tugasnya adalah menasihati dan mencetuskan fatwa.
Sementara itu, diksi ustaz memiliki pengertian 1. guru agama atau guru besar (laki-laki); 2.n tuan (sebutan atau sapaan). Di antara dua pengertian tersebut ada perbedaan antara perbedaan ustaz dan ulama, yakni bisa dikatakan ulama bisa saja ustaz, tetapi ustaz belum tentu ulama.
Ada penyempitan makna antara habib dan ulama menuju ustaz. Namun, pengetahuan soal agama Islam yang dimiliki ketiganya mengharuskan mereka mengajari siapa pun ilmu agama, baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat.