Jendela Informasi - Tidak semua penyakit menunjukkan gejala awal di tubuh kita. Hal itu membuat kita sering kali lengah sehingga pola hidup sehari-hari yang tidak sehat tetap dilakukan. Ketika muncul rasa sakit yang tak tertahankan lagi, itu menandakan kondisi penyakit yang sudah parah. Meski, berkat teknologi dalam bidang kedokteran, penyakit yang cukup parah pun bisa ditangani tanpa pembedahan.
Salah satu penyakit yang tidak menunjukkan gejala awal adalah batu ginjal dan batu saluran kencing. Sesuai dengan namanya, batu ginjal berarti bahwa batu hasil kristalisasi di saluran pembuangan itu berada di dalam ginjal. Sementara itu, batu saluran kencing menandakan posisi batu sudah masuk ke ureter maupun uretra.
Selama batu ada di ginjal, biasanya pasien tidak mengalami sakit yang berarti. Sering kali pasien tidak menyadari bahwa ia memiliki batu ginjal yang seharusnya bisa ditangani lebih cepat. Mungkin dia pernah mengalami air kencingnya berwarna kemerahan, tetapi tidak terasa sakit. Batu ini baru membuat masalah kalau sudah turun ke saluran ureter.
Rasa sakit itu muncul ketika ginjal sudah mengalami pembengkakan dan infeksi. Ginjal adalah organ yang selalu memproduksi air yang merupakan filtrasi hasil metabolisme tubuh. Ketika saluran pembuangan air kencing itu terhambat oleh batu, ginjal menjadi bengkak.
Ketika itu terjadi, dokter spesialis urologi akan mendiagnosis dengan bantuan imaging radiology
seperti ultrasound, X-ray, CT-scan, ataupun MRI. Dokter akan bisa melihat dengan jelas mengenai posisi, letak, dan ukuran batu.
Secara prinsip, dokter akan memulai dengan pengobatan konservatif, yaitu memberi obat-obatan yang merangsang ginjal memproduksi air lebih banyak sehingga batu bisa keluar dengan sendirinya. Akan tetapi, penggunaan obat dibatasi maksimal sampai dengan empat minggu untuk mencegah ginjal bertambah rusak.
Tindakan intervensi dibutuhkan jika batu tidak dapat keluar secara spontan, nyeri yang hebat yang tidak teratasi, dan batu yang dapat memengaruhi fungsi ginjal akibat adanya obstruksi dan infeksi berulang.
Dengan perkembangan teknologi kedokteran, intervensi yang dilakukan bisa berupa non pembedahan. Salah satunya dengan penggunaan alat extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) yang bahkan tanpa ada alat medis satu pun yang masuk ke dalam tubuh.
Secara teknis, ESWL bisa memecahkan batu yang ada pada ginjal dan ureter bagian atas dengan menggunakan gelombang kejut (shockwave). Saat terapi dilakukan, ESWL ada di posisi dekat pinggang untuk menyalurkan gelombang kejutnya. Generasi terbaru dari alat ini tidak membutuhkan pembiusan dan perawatan di Rumah Sakit, sehingga pasien dapat langsung diterapi dan sesudahnya dapat langsung pulang ke mmah.
Kendati demikian, tidak semua jenis batu dapat dihancurkan alat ini. Jenis batu yang sangat keras seperti cystine dan beberapa tipe calcium oxalate dan calcium phosphate sulit dipecahkan. Ukuran batunya pun maksimal 2 cm dan ada keumungkinan 20% pecahan kecilnya menyangkut di saluran.
Efek samping yang terdapat pascatindakan adalah adanya kemungkinan kencing berwarna merah akibatnya adanya darah di air kencing selama beberapa hari. Sebagian besar pecahan batu dapat keluar tanpa adanya nyeri, tetapi kemungkinan ada pecahan yang berukuran lebih besar dapat menyangkut di saluran ureter yang dapat menyebabkan nyeri ataupun kolik sehingga membutuhkan tindakan lanjutan.
Terapi ESWL memang tidak memasukkan satu alat apa pun ke dalam tubuh, tetapi penggunaannya terbatas. Jika batu sudah ada di posisi saluran kencing ukurannya lebih besar, dan karakternya sangat keras, terapi selanjutnya yang bisa dipilih adalah Ureterorenoscopy-Retrograde Intra Renal Stegery (URS-RIRS).
URS-RIRS juga tanpa pembedahan karena alat bernama ureterorenoscopy dimasukkan ke dalam tubuh melalui saluran yang sudah ada, yaitu uretra atau lubang kencing. Alat itu kemudian masuk ke kantung kencing menuju saluran ureter. Rigid telescope dipergunakan untuk saluran ureter bagian bawah dan atas, sedangkan flexible telescope dipergunakan untuk saluran ureter bagian atas dan ginjal.
Pada saat peneropongan ditemukan batu, spesialis urologi akan melakukan penghancuran batu menjadi pecahan kecil-kecil dengan menggunakan energi pneumatic, ultrasound, ataupun energi laser. Pecahan batu dikeluarkan langsung dengan alat khusus.
Selain itu, ada pula tindakan cystoscopy. Itu merupakan tindakan peneropongan ke dalam kantung kencing lubang kencing uretra. Saat batu teridentifikasi, proses pemecahan batu dapat dilakukan dengan menggunakan energi mekanik, laser, ataupun pneumatic.
Akan tetapi, ketika posisi batu ginjal ditemukan sangat besar, tindakan yang bisa dipilih adalah percutaneous nephrolithotomy (PCNL), yaitu tindakan minimal invasive operative dengan membuat sayatan 1-1,5 cm pada punggung atau bagian tubuh samping pinggang untuk dapat memasukkan alat rigid teropong (nephroscope) ke dalam ginjal.
Saat batu ginjal teridentifikasi, alat khusus pemecah batu dapat dimasukkan dan sekaligus dapat mengeluarkan pecahan batunya. Setelah tindakan PCNL, biasanya akan terdapat selang di dalam ginjal untuk dapat membantu memberhentikan perdarahan.
Yang perlu diketahui pertama kali adalah ukuran dan lokasinya sehingga pasien juga memahami dan bisa menentukan pilihan tindakan yang akan dilakukan. [Vebertina Manihuruk/Maman Soleman/08122019]