Jendela Informasi - Paru-paru adalah salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Akan tetapi, banyak hal membuat fungsi paru-paru terganggu dan menyebabkan fisiknya pun berubah. Tidak jarang, untuk menyembuhkannya tindakan bedah harus dilakukan.
Sebagai organ pada sistem pernapasan, paru-paru terhubung juga dengan sistem. peredaran darah di tubuh manusia. Di dalam tubuh kita ada dua paru-paru yang berfungsi menukar oksigen dari udara dengan karbondioksida dari darah.
Namun, kondisi lingkungan dan gaya hidup sering kali berdampak negatif pada paru-paru. Utamanya adalah polusi udara dan kebiasaan merokok. Paru-paru seharusnya menghirup oksigen berkualitas baik, tetapi zat-zat yang merusak organ itu pun ikut terhirup.
Berbagai penyakit pun secara spesifik menyerang paru-paru dan bahkan ada yang berpotensi menular. Penyakit itu antara lain TBC, kelainan bawaan, infeksi, bocor, dan tumor atau kanker.
Akan tetapi, penyakit itu sayangnya sering kali baru diketahui setelah stadium lanjut. Posisi paru-paru yang berada di dalam rongga dada serta rendahnya kesadaran untuk mengecek kesehatan rutin menjadi beberapa hal yang melatarbelakanginya.
Oleh karena itu tindakan pembedahan sering kali tak terelakkan. Melalui pembedahan, paru-paru kadang harus dipotong atau bahkan diangkat salah satunya demi kesembuhan seseorang. Dokter spesialis paru akan menangani pasien yang mengalami gangguan sistem pernapasan seperti mengidap TBC. Akan tetapi, dalam perjalanan penyakitnya, muncul hal-hal lain karena paru-paru sudah memburuk dan jadi rapuh sehingga perlu pembedahan oleh dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular.
Bisa ada kebocoran paru, infeksi, sehingga kondisi paru-paru yang jelek, atau ada udara masuk rongga dada. Ada juga kasus luka paru-paru besar, jaringan jelek, penyembuhan tidak bagus, yang membutuhkan operasi.
Pembedahan juga harus dilakukan jika ada tumor. Pembedahan dilakukan sebagai tindakan diagnostik berupa pengambilan sampel biopsi atau pembedahan untuk tindakan penyembuhan kuratif, yaitu untuk mengangkat tumornya.
Bicara soal kanker, terutama kanker paru, kasusnya banyak di Indonesia. Kita banyak menghirup polusi di jalan raya, banyak perokok karena harga rokok murah, dan masalah screening. Pasien biasanya diduga TBC karena hasil screening rontgen memperlihatkan hasilnya seperti TBC, tetapi tidak sembuh-sembuh. Dokter paru-paru tidak bisa tegakkan diagnosis tumor karena posisinya di dalam. Jadi, harus dibedah untuk biopsi dan tentukan tindakan selanjutnya, tetapi biasanya sudah stadium lanjut.
Pembedahan juga dilakukan bagi pasien trauma kecelakaan akibat mobilitas masyarakat yang semakin tinggi. , Misalnya, patah tulang rusuk atau dinding dada patah sehingga udaranya bocor ke rongga dada atau paru-parunya bocor.
Meskipun spesialis bedah, tindakan menyembuhkan paru-paru tidak selalu harus dengan operasi. Dalam penanganan pasien kecelakaan, misalnya, hanya 10-15 persen yang memerlukan operasi membuka rongga dada.
Kebanyakan pasien hanya membutuhkan selang dada supaya udara yang masuk ke rongga dada bisa keluar dan paru-paru bisa kembali mengembang. Kalau udara tidak keluar, paru-paru kempis sehingga sesak tidak bisa bernapas. Operasi biasanya dilakukan kalau pembuluh darahnya putus sehingga harus diperbaiki atau paru-parunya harus dibuang atau dijahit. Dalam kondisi kritis seperti itu, dokter mencari cara yang bisa ditangani dengan cepat, yaitu dibuka rongga dadanya.
Dalam kasus lain yang dulunya harus melalui proses bedah, sekarang bisa ditangani dengan bedah minimal invasif atau sayatan minimal. Misalnya, untuk biopsi tumor, pengangkatan tumor paru-paru stadium awal, infeksi kecil, atau pengambilan jaringan paru-paru yang rusak.
Teknologi semakin berkembang sehingga penanganannya singkat, pemulihannya juga singkat. Dengan bedah minimal invasif, menangani paru-paru bocor bisa 30-46 menit, biopsi 15 menit. Angkat paru-paru memang perlu waktu lebih lama.
Bedah minimal invasif pun mengurangi risiko nyeri kronis yang biasanya muncul dalam proses bedah konservatif karena iga harus diregangkan. Waktu rawat pascaoperasi pun akan lebih singkat sehingga pasien bisa segera menjalani proses pemulihan fisiknya.
Operasi apa pun yang dilakukan dalam proses medis harus bertujuan untuk membuat kualitas hidup pasien lebih baik. Oleh karena itulah, pascatindakan, pasien tetap harus menjalani rehabilitasi fisik untuk mendapatkan performa tubuh yang lebih bugar. [Vebertina Manihuruk/0311/2019]