Jendela Informasi - Penyakit jantung bawaan (PJB) pada bayi dan anak cukup banyak ditemukan di Indonesia. Enam sampai sepuluh dari 1.000 bayi lahir hidup dapat menyandang penyakit ini. Langkah awal untuk menentukan diagnosis PJB antara lain, evaluasi klinis riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik; pemeriksaan penunjang sederhana foto toraks dan elektro kardio grafi (EKG); pemeriksaan penunjang yang lebih detail yaitu ekokardiografi (USG jantung) untuk evaluasi struktur dan fungsi jantung dan jika diperlukan untuk menentukan diagnosis bisa dilanjutkan dengan tindakan kateterisasi jantung untuk menghitung hemodinamik dan menggambar jantung dengan angiografi.
PJB dibagi dua kelompok, kelompok PJB nonsianotik (tidak biru) dan PJB sianotik (biru). Sebanyak 75% PJB adalah kelompok nonsianotik. PJB nonsianotik antara lain Persistent ductus arteriosus (PDA), Atrial septal defect (ASD), Ventricular septal defect, pulmonal stenosis, stenosis aorta, coartatio aorta, dan mitral stenosis. PJB sianotik ditandai adanya sianosis sentral akibat adanya aliran dari kanan ke kiri atau bercampurnya darah kotor (kurang oksigen) dengan darah bersih (kaya oksigen) yang masuk ke aliran darah sistemik tubuh melalui aorta (pembuluh darah besar). PJB sianotik antara lain Tetralogi of Fallot (TF), Transposition Great Artery (TGA) dan Double outlet right ventricle (DORV).
PJB apakah dapat disembuhkan?
Pertanyaan dari banyak orangtua yang sangat khawatir saat bayi atau anak kesayangannya divonis mengalami penyakit jantung bawaan lahir. Jawabannya adalah “bisa”. Sebagian besar PJB dapat disembuhkan dengan tindakan operasi jantung. Sudah ada beberapa pusat layanan jantung di kota-kota besar di Indonesia yang dapat melakukan tindakan operasi jantung pada anak.
Apakah ada alternatif lain selain operasi?
Ini pun menjadi pertanyaan yang sering muncul dari para orangtua, karena merasa khawatir dan tidak tega saat harus membayangkan bayi mungil atau anaknya harus menjalani operasi jantung. Jawabannya “ada", yaitu dengan tindakan intervensi jantung anak nonbedah untuk PJB tertentu, seperti penutupan PDA, penutupan ASD, penutupan VSD, pelebaran penyempitan katap pulmonal, katup aorta dan koartasio aorta. Semua tindakan nonbedah dilakukan seeara transkateter.
Yang tidak bisa dihindari dari tindakan operasi jantung terbuka adalah PJB sianotik karena tipe ini cukup kompleks, kateterisasi jantung pada PJB sianotik tujuannya untuk diagnostik atau terapi sementara (paliatif) sebelum tindakan operasi. Beberapa kebocoran PJB nonsianotik dapat menutup secara alamiah atau spontan, sangat tergantung seberapa besar lubang kebocoran itu, bila termasuk ke dalam kelompok ukuran kebocoran kecil, potensi untuk menutup spontan masih sangat besar seiring dengan pertumbuhan dan bertambahnya usia, hanya perlu pemantauan oleh dokter ahli jantung anak secara periodik.
Apa saja tanda-tanda gejala klinis PJB yang perlu diperhatikan oleh para orangtua?
Keluhan terbanyak dari orangtua kepada dokter anaknya adalah asupan makanan baik tetapi berat badan sulit naik, anaknya bila bermain lebih cepat lelah dibandingkan dengan anak seusianya, pada bayi menangisnya lemah atau saat minum ASI sering lepas.
Keluhan itu banyak disampaikan oleh orangtua kepada dokter anak untuk semua tipe PJB baik nonsianotik maupun tipe sianotik. Khusus untuk tipe sianotik kebanyakan orangtua akan menyampaikan bahwa bayi atau anaknya tampak kebiruan di bibir atau di ujung-ujung jari tangan dan kaki, keluhan ini sangat khas untuk PJB sianotik. Terkadang orangtua tidak memperhatikan gejala-gejala tersebut, tetapi tanpa sengaja ditemukan oleh dokter atau tenaga medis lain saat pemeriksaan fisik jantung didapatkan bunyi bising jantung (murmur), suatu bukti adanya kebocoran di jantung atau penyempitan di pembuluh darah jantung.
Apakah semua gejala atau tanda-tanda tersebut mutlak menggambarkan kelainan PJB?
Tentu tidak, tetapi secara umum berat badan sulit naik, cepat lelah, dan kebiruan sangat khas untuk gejala PJB.
Deteksi dini kelainan PJB apakah diperlukan?
Ya diperlukan, khususnya pada bayi-bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah, bayi lahir cukup bulan dengan berat badan normal lalu tampak biru dalam 24-72 jam pertama kelahiran, bayi lahir dengan cacat bawaan yang tampak di bagian luar tubuh, bayi lahir dengan kecurigaan mengidap sindrom tertentu, misalkan curiga down syndrome.
Pada bayi kurang dari 12 bulan tampak kebiruan saat menangis atau minum ASI juga diperlukan pemeriksaan segera atau pada bayi atau anak yang mengalami gagal tumbuh. Deteksi dini ini penting untuk mengantisipasi terjadinya gagal jantung yang mengakibatkan bayi/anak kesulitan beraktivitas karena mengalami payah jantung. Konsultasikan segera bayi atau anak dengan gejala-gejala kelainan PJB kepada dokter anak terdekat, bila diperlukan para sejawat dokter anak segera merujuk atau mengonsultasikan kepada dokter konsultan jantung anak.