Jendela Informasi - Perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara VIII di Kabupaten Subang menghampar luas mulai dari daerah Ciater hingga Bukanagara, Cisalak, Subang. Panorama indah serta udara sejuk yang dapat ditemui pengunjung, sangat memanjakan mata.
Selain dapat menikmati keindahan kebun teh dengan tea walk, pengunjung bisa mampir untuk mengetahui sedikit sejarah perkebunan teh. Tempatnya adalah Galeri Rumah Teh Gedong Buleud atau yang berarti Gedung Bundar, berlokasi di sebelah kiri Jalan Raya Subang-Bandung, setelah jejeran lapak dan pedagang nanas atau tempat oleh-oleh khas Subang, sebelum Jalan Cagak.
Galeri Rumah Teh berupa museum itu menempati gedung tua peninggalan masa kolonial, dikenal dengan nama Gedong Buleud. Penamaan itu bisa jadi berasal dari bentuk muka utama gedung terutama atas balkon yang berbentuk bundar. Balkon tanpa ruang atas tersebut disangga oleh dua pilar yang berbentuk bulat dengan posisi menyatu dengan tembok dinding depan.
Di dalam gedung yang memiliki banyak kanopi khas bangunan klasik itu, pengunjung dapat mempelajari perkembangan perkebunan teh juga melihat berbagai peralatan dan perlengkapan pemetik teh serta beberapa karya seni potret dan lukisan bertemakan teh. Pengunjung juga bisa mengagumi desain rumah khas Belanda yang memiliki kolom-kolom kokoh dan tinggi, juga daun pintu dan jendela dengan bahan kayu berkualitas tinggi, panjang, dan berat.
Jika dilihat sekilas, gedung itu memang tampak membulat. Tak hanya karena pengaruh bentuk muka bangunan, tetapi bentuk tangga teras hingga tata letak bangunan pada lahan juga mengikuti alur melingkar. Padahal, lahan yang digunakan untuk Gedong Buleud cukup luas. Kesan bundar diperkuat dengan kehadiran artefak mesin yang ditaruh di depan Gedong Buleud. Mesin besi berbentuk pipa bulat dengan kemudi itu adalah Roller Colombo buatan perusahaan Walkers yang diproduksi di Sri Lanka.
Salah satu ruang di Museum Galeri Rumah Teh Gedong Buleud yakni kamar pertama menyajikan artefak kerja perkebunan, di antaranya pakaian pemetik teh, replika pakaian administrate perkebunan zaman Belanda, keranjang pemetik teh dan capingnya, serta berbagai peralatan kerja perkebunan lainnya.
Di Gedong Buleud juga dapat diketahui awal mula masuknya tanaman teh ke tanah air, melalui kepiawaian para preanger planters dalam mengelolanya. Keluarga-keluarga perkebunan Belanda seperti Bosscha, Kerkhoven, Holle, dan Van der Hucht telah mengubah hutan-hutan lebat di kawasan Priangan menjadi hamparan luas perkebunan teh yang dikerjakan ribuan pekerja seperti pemetik ten hingga sekarang. Malah di dekat ruang resepsionis terdapat kata-kata mutiara dari tokoh yang dihormati di Indonesia, Douwes Dekker, "Men is zijn God opbergen meer meemabij” yang diterjemahkan, "Di pegunungan, manusia akan lebih dekat dengan Tuhannya."
Objek wisata Galeri Rumah Teh Gedong Buleud cukup sering dikunjungi wisatawan, terlebih pada akhir pekan atau liburan. Wisatawan datang baik perseorangan maupun berombongan menggunakan bus. Ada kalangan pelajar, mahasiswa, juga umum.
Tak jauh dari Gedong Buleud, terdapat rumah makan lesehan. Pengunjung dapat menikmati ikan bakar Subang, ayam bakar, atau ayam goreng. Dari museum teh, pengunjung yang ingin melihat proses pengolahan teh, bisa mengunjungi pabrik teh yang berjarak sekira dua kilometer sebelum Galeri Rumah Teh Gedong Buleud. [E. Saepuloh/PRM/16122018]
Posting Komentar untuk "Gedong Buleud, Museum untuk Mengenal Sejarah Teh di Indonesia"
Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif. Terima kasih.