Jendela Informasi - Kisah remaja ini, bukan saja menggambarkan "sayap-sayap" patahnya Gibran sendiri, tetapi justru juga patahnya "sayap-sayap" Selma Karamy, si gadis yang begitu dicintai sekaligus mencintai Gibran. Mereka seolah-olah telah digariskan nasibnya dengan kungkungan kehidupan yang bergeser dari pedih ke pedih, bahkan akhir dari kisah inipun sedih.
Ceritanya dapat dikatakan sederhana. Tentang kemelut cinta seorang remaja berusia sekitar delapan belasan, yakni Kahlil Gibran sendiri. Si tokoh berkenalan dengan seorang kaya yang ramah, Farris Effandi. Persahabatan yang terjalin antar keduanya menyebabkan terjadinya perkenalan antara Gibran dengan anak gadis Farris, yaitu: Selma Karamy. Perkenalan itu mulanya terasa sederhana dan manis, hari demi hari jadi seperti bertebar bunga dan beberapa wewangian. Tetapi semuanya itu tak lama, cinta mereka yang mulai mekar direnggut. Selma telah dipaksa kawin dengan keponakan seorang pendeta, Mansour Bey Galib.
Mansour Bey Galib ini, adalah keponakan pendeta yang memiliki pengaruh besar di tempat tinggalnya ayah Selma. Farris Effandi memang telah terikat erat oleh sipendeta yang digambarkan penuh kelicikan itu. Sejak pemaksaan kawin terjadi, hidup Selma dan Gibran secara runtun dilukiskan begitu kelabu dan "sayap-sayap" mereka memang patah dan luruh.
Kisahpun berlanjut. Sesudah menikah Selma beberapa kali masih berusaha untuk mengadakan pertemuan rahasia dengan (bekas) kekasihnya di sebuah kuil. Pertemuan itu terasa banyak artinya bagi kedua anak manusia yang merasa dicampakkan oleh duri-duri kehidupan. Segala kesulitan yang dialami, saling diurai dan dibeberkan bersama dalam pertemuan semacam itu. Cinta antar pihak yang patah begini, kadang memang bisa terasa suci dan tanpa maksud tercadar apapun. Cinta kata Gibran adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena cinta itu membangkitkan semangat yang hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alamipun tak bisa mengubah perjalanannya.
Baca juga : Cara Membuat Toples Lucu Dari Wadah Bekas
Kehidupan perkawinan Selma dengan Mansour Bey Galib diceritakan penuh onak dan ketidak sepakatan, apalagi dengan musibah kematian Farris Effandi. Sang suami - yang telah memperoleh warisan dari ayah Selma - tak jarang bermain serong dengan wanita-wanita lain serta gemar berpesta pora. Bey Galib bahkan disebut sebagai jenis laki-laki yang rakus bagai liang kubur. Sedangkan si istri dibebani tekanan-tekanan tertentu, karena hampir lima tahun tidak jua melahirkan anak. Itulah mengapa hampir setiap saat, Selma berdoa kepadaNya.
Ketika akhirnya Selma bisa hamil, lalu melahirkan seorang putera. Ternyata kebahagiaan tiada jua diraihnya. Sang suami ketika diberitahu bahwa istrinya telah melahirkan, dia malah berpesta pora. Padahal, bayi ditakdirkan hidup sebentar saja. Sesudah saat pertama membuka.mata, meninggallah ia. Selma merasa amat terpukul, dan sempat berucap kepada dokter: "Berikanlah padaku anakku, dekatkanlah ia padaku dan biarkanlah aku memandangnya dalam kematiannya." Hingga kemudian ia pun meninggal tak lama setelah kematian bayinya. Mereka diletakkan dalam satu peti mati, lalu dikuburkan.
Peran Gibran disini, memanglah peran duka. Dia melukiskan kisah cintanya (sendiri) yang pahit, belum sempat berkembang, sudah harus didera oleh kenyataan-kenyataan yang terasa memedihkan. Walau cinta antara Selma dan Gibran terus berlanjut, ternyata dukapun terus menguntit.
Dalam kata pengantar buku "Sayap-Sayap Patah" memang telah disebutkan bahwa, cerita ini adalah kisah suram. Walau juga uraian cerita terasa diromantisir oleh pengarangnya, sehingga kepedihanpun digambarkan bisa jadi terasa manis dan nikmat, tapi tak apalah. Toh tulisan Gibran sungguh bisa menukik pada berbagai sudut kehidupan itu sendiri, padahal kerangka cerita sekedar penggalan kisah cinta remaja belaka. Hasil karya yang ditulis oleh pengarang terkenal si pencipta buku Sang Nabi itu, terasa kental oleh lukisan kehidupan yang kadang justru tidak kita sadari.
Terjemahan alinea demi alinea termasuk lancar, hingga buku ini enak dibaca (barangkali juga direnungi), bahkan didahului pula dengan kata pengantar tentang apa dan siapa Kahlil Gibran serta karya-karyanya. Akhirnya, karangan ditutup dengan pencantuman 'Glosarium Butir-Butir Hikmah' yang cukup menarik. Cobalah simak.
Buku: Sayap-Sayap Patah
Penulis: Kahlil Gibran
Penerbit : Pustaka Jaya, Jakarta, 1986, XXV + 155 halaman
Saya termasuk yang jarang membaca novel..
BalasHapusTulisan seperti ini memperkaya referensi saya tentang novel - novel yang belum saya baca..
Melihat dari ulasan di artikel ini, sepertinya novelnya sangat sedih ya..
Menurut saya, novel - novel seperti ini bagus untuk dibaca remaja sebagai penyeimbang dari bacaan teenlit yang kebanyakan hanya menyajikan kisah percintaan yang muluk - muluk saja..
Nice post! :)
Yap, novel ini memang salah satu kisah cintanya Kahlil Gibran yang diselimuti kesedihan. Teenlit memang begitu, sesuai dengan kondisi remaja yang masih transisi, masih dominan sifat muluk2nya. Thnx sdh berkunjung.
BalasHapusDulu temen saya kl ke sekolah sering bawa buku novel Kahlil Gibran, terus iseng-iseng saya pinjam salah satu novelnya yg berjudul Nafas Cinta. Nah, dari situlah saya jadi tertarik dengan buku-buku novel terutama novel karangan Kahlil Gibran. Sayap-sayap patah menceritakan sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang berakhir tragis. Hiks hisk...
BalasHapusAku udah pernah baca buku gibran yang ini, dan emang ini buku cinta yang paling banyak pelajarannya sih menurutku
BalasHapusBenar, apalagi di buku ini Gibran banyak sekali mengalami konflik cinta. Salah satu ujian hidup yang cukup berat baginya. Thnx atas kunjungannya.
BalasHapusBerujung dgn kesedihan yaaa, tapi jangan ikutan nangis gara2 hanyut dlm alur cerita.
BalasHapusBelum pernah baca buku dari Kahlil Gibran tapi namanya udah sering banget dengar. Sepertinya ini bisa jadi buku pertama dari Kahlil Gibran yang mungkin akan aku baca apalagi bukunya enggak terlalu tebal. Akhir-akhir ini kebetulan lagi suka baca buku yang kisah cintanya tidak baik-baik saja tapi disini apakah lebih dititik beratkan dengan kisahnya Salma dari sudut pandang Kahlil Gibran atau keduanya jadi titik berat tokohnya? Karena sekilas membayangkan nasib Salma kok bener-bener bikin sedih banget
BalasHapusBelum pernah baca tulisan Gibran. Tapi kalau bacapun kayaknya enggak judul yang ini deh, huhuhu. Sedih banget temanya. Kemarin sempat baca Norwegian Wood aja berhenti gara-gara temanya gloomy (mood-ku jadi ikutan gloomy!). But nice review anyway!
BalasHapusBiasanya orang suka yg happy-happy saja eh Tika malah kebalikannya. Keduanya jadi titik berat tokoh di novel ini yg jadi seri mengurai air mata he he he
BalasHapusAh Lidin masa gara-gara ceritanya berujung sedih jadi gak mau baca. Takut ikutan nangis yaaa Harus seimbang dong, bacaannya jgn yg bikin happy saja
BalasHapusWah saya suka bangett sama Kahlil GIbran, cuma yg sayap-sayap patah ini dulu bacanya sekilas dan ngga punya bukunya. Menarik yaa kak, jadi pengen baca lagi dan beli bukunya, masih ada ngga ya di tokbuk
BalasHapusMenarik yaa. Btw ini gahlil Gibran yang fenomenal dengan puisi-puisi itu kan ya?
BalasHapusBetul sekali. Kahlil Gibran adalah penyair asal Lebanon, selain penulis novel. Sayap-sayap Patah adalah salah satu karya masterpiece-nya. Judul novel ini pun dijadikan salah satu judul lagu group band Dewa miliknya Ahmad Dhani.
BalasHapus