Jendela Informasi - Kepulauan dan perairan Karimunjawa, di Laut utara Jawa, daerah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, beberapa tahun lalu telah dinyatakan sebagai Cagar Alam Taman Laut Nasional. Kelestarian alam lingkungannya, patut dijaga. Brimob dan Polair yang tergabung dalam "Pasukan Katak", meluangkan waktu berlatih di perairan itu.
Memasuki perairan gugusan Kepulauan Karimuajawa pada cuaca cerah. Kita akan disuguhi pemandangan alam laut bening dan indah. Bermacam fauna air dengan warna sisik aneka ragam yang cerah, membuat orang bagai menyaksikan akuarium raksasa.
Pelayaran dengan Kapal Motor Patroli, Polair Mabes Polri berkecepatan 12 knots, selama lima jam dari Pelabuhan "Tanjung Emas" Semarang, merapat ke dermaga Karimunjawa. Seakan tak melelahkan, sesudah menikmati pantai perak dan kebeningan Laut Karimunjawa.
Dengan kapal motor berkecepatan 15-20 knots, pelayaran Semarang-Karimunjawa bisa dipersingkat, hanya dua-tiga jam saja. Diharapkan di waktu mendatang, ada pihak swasta mau menanamkan modal, bagi pengembangan angkutan (penumpang dan barang) laut yang memadati, sehingga waktu tempuh ke Karimunjawa akan lebih dipersingkat.
Pelayaran Jepara-Karimunjawa dan sebaliknya, 10 tahun ini, dilayani KM Tongkol dan -KM Dewa Daru, berkecepatan di bawah 10 knots (sepekan dua kali). Lama perjalanan, tujuh sampai sembilan jam pada cuaca baik. Jika cuaca buruk (badai laut), dua KM itu membatalkan pelayarannya.
Masyarakat Karimunjawa yang ber-jumlah sekitar 7.000 jiwa bersyukur. Dua KM itu telah membuka isolasi Karimunjawa dari dunia luar. Tiga puluh tahun silam, sebelum ada dua KM itu, praktis Karimunjawa terisolasi. Jika tiba musim badai, tak satu pun kapal berani berlayar.
Cagar Alam
Seandainya airport segera dibangun dan berfungsi. Idaman menjadikan gugusan Karimunjawa sebagai tujuan wisata, akan lebih terpacu. Sebab, kendala tentang lamanya waktu tempuh, akan sirna. Penerbangan Semarang-Karimunjawa, tak lebih dari 20 menit.
Realisasi Karimunjawa sebagai daerah wisata; harmoni dengan ketetapan pemerintah, menjadikan kepulauan itu sebagai Cagar Alam Taman Laut Nasional. Keindahan panorama bawah laut, dan kekayaan alam dasar samudra Karimunjawa, perlu dilindungi dan dilestarikan dari gangguan atau kerusakan.
Siapa pun akan terpana, jika berlayar ke Karimunjawa. Begitu kapal mendekati dermaga, akan disapa ramahnya alam lautan. Bukan cuma pemandangan pantai berpasir putih, tampak tenang diterpa gemerisiknya lambaian pohon nyiur. Di dasar laut bening, dengan indra telanjang, bisa dinikmati pemandangan elok.
Ribuan ekor ikan, dalam berbagai jenis dan warna alami menawan, berkejaran, berlenggang-lenggok, dalam alunan ombak teduh. Menyusuri bunga karang putih, merah, biru, hijau, dan macam-macam rona indah lainnya.
Suasana serba tenang dan indah dengan hawa khas lautan itu, kian asyik, manakala kita menikmati cara hidup nelayan tradisional, dari berbagai macam suku. Selain penduduk asli, juga ada bahariawan asal Madura, Buton, Bajo, Bugis dan lain-lain.
Mereka hidup rukun. Jika sedang tidak melaut, mereka gotong royong memperbaiki perahu motor atau alat-alat penangkap ikan di sepanjang pantai. Kaum wanita, menunggu di rumah-rumah beratap rumbia.
Minim
Berwisata ke Karimunjawa yang terdiri 27 pulau, ibarat menyatu dengan alam lautan secara nyata. Di antara 816 bangunan rumah penduduk, memang belum ada penginapan. Tapi tak usah cemas, beberapa warga masyarakat, memiliki rumah cukup memadai kondisinya dan menyediakan untuk penginapan dengan tarif yang murah.
Penerangan listrik diesel usaha Kecamatan sudah ada sejak 1982 lalu. Sayang jam nyalanya terbatas, dari pukul 18.00 sampai 23.00, selebih itu gelap. Tak bisa menikmati acara televisi parabola secara tuntas yang sudah ada sejak 25 tahun lalu.
Warung makan dan toko kelontong sederhana bisa dijumpai di Desa Karimunjawa, Desa terbesar, dibanding dua desa lainnya. Buat pelancong yang bermalam beberapa hari saja, rasanya tak bosan menikmati menu makanan ikan laut yang di sana sangat murah.
Pasukan Katak
Menjadi keprihatinan, beberapa waktu ini ketenangan dan keaslian alam Karimunjawa kerap diusik nelayan modern. Guna memperbesar/mempermudah tangkapan ikan mereka menggunakan dinamit atau racun kimia, apotas.
Dikhawatirkan, penggunaan alat-alat inkonvensional itu bisa meluluh-lantakan alam lautan Karimunjawa beserta seluruh isinya. Walaupun begitu World Wild Fund for Nature (WWF), (Badan Dunia Bidang Pelestarian Alam) menyatakan, kondisi alam di kepulauan itu, masih cukup utuh/baik.
Mengantisipasi kondisi buruk yang bisa berkelanjutan. Awal Desember 1991 silam, Pasukan Katak Brimob dan Polair Polda Jawa Tengah, di bawah pelatih Prof. Budi Santoso; disaksikan Kadit Samapta Polda Jawa Tengah, Kol. Pol. Drs. Srijono, melakukan show of force, dan latihan di perairan Karimunjawa.
Itu dimaksudkan, selain mempertinggi ketrampilan "Pasukan Katak" Brimob dan Polair Polda Jawa Tengah juga menunjukkan pada pihak tertentu, bahwa polri siap menjaga keutuhan alam perairan setempat. Di samping itu, memberi contoh kepada para penggemar olahraga bawah air (laut), bahwa Karimunjawa cukup nyaman untuk kegiatan wisata dan olahraga.
Catatan :
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di www.sidoharjo.com (saya salah seorang content writer www.sidoharjo.com)
Posting Komentar untuk "Karimunjawa, Cagar Alam Taman Laut Nasional"
Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif. Terima kasih.