Jendela Informasi - Di timur Pulau Jawa tepatnya sebelah selatan Kota Malang terdapat pantai yang sedang ramai diperbincangkan karena keunikan dan kebersihan pantainya. Dikenal dengan nama Pantai Tiga Warna, pantai ini terletak di Desa Tambak rejo, Sendang Biru, Kabupaten Malang.
Masyarakat memiliki alasan kuat memberi nama Pantai Tiga Warna karena air lautnya memang terlihat memiliki tiga warna berbeda, yaitu putih, hijau, dan biru sesuai kedalaman airnya. Terdapat dua pilihan rute dari Kota Malang untuk sampai di Pantai Tiga Warna. Namun, yang lebih banyak digunakan adalah rute menuju Pantai Goa Cina.
Setiap pengunjung wajib lapor di posko pendaftaran. Perlengkapan dan barang bawaan pengunjung akan didata oleh petugas posko. Barang dan makanan yang berpotensi menjadi sampah menjadi sasaran utama pendataan.
Mereka mendata potensi sampah yang dibawa pengunjung. Barang dan makanan yang dibawa ketika mendaftar, didata ulang ketika pengunjung kembali. Bagi pengunjung yang kedapatan datanya berbeda akan ditindak tegas dengan harus mencari dan membawa kembali barang bawaannya atau dikenai sanksi lanjutan denda Rp 100.000 per sampah. Setiap pengunjung yang berkunjung ke Pantai Tiga Warna wajib ditemani seorang pemandu dengan maksimal tim 10 orang.
Sesuai dengan namanya, air lautnya memiliki tiga warna, putih, hijau, dan biru. Pasirnya halus berwarna putih bersih. Tidak terlihat sampah sedikit pun di pantai ini. Kebersihannya sangat terjaga. Setiap sudutnya begitu menggoda untuk diabadikan dalam bentuk foto. Keindahannya membuat pikiran tenang karena takjub akan pesona panorama alamnya.
Dari atas bukit karang, keindahan panorama alam Pantai Tiga Warna semakin menakjubkan. Hamparan pasir putih dan ketiga warna air lautnya seperti menyihir, membuat kita betah dan nyaman. Air lautnya yang relatif tenang dengan ombaknya yang tidak besar membuat pengunjung dapat melakukan snorkeling. Alat snorkeling dapat kita sewa seharga Rp 20.000. Pengunjung pun dapat berenang, tetapi tidak diperkenankan melakukan aktivitas diving di pantai yang baru dibuka setahun yang lalu ini.
Pantai Tiga Warna itu semula adalah kawasan konservasi. Kawasan itu mulai diresmikan menjadi tempat wisata sejak September 2016 dengan membentuk yayasan. Berangkat dari Powasmas (Kelompok Pengawas Masyarakat) yang didirikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang kemudian berkembang menjadi Yayasan Bhakti Alam. Yayasan tersebut merupakan pengelola wisata kawasan Pantai Tiga Warna.
Pada mulanya, dengan bermodalkan semangat, masyarakat mulai menata kawasan ini. Awalnya mencanangkan program dengan mewajibkan setiap pengunjung mendonasikan satu bibit pohon mangrove seharga Rp 5.000 yang ditanam langsung. Namun, program itu ditolak oleh Perhutani selaku pemilik kawasan. Alasannya, warga tidak boleh mengelola donasi padahal tujuannya untuk pelestarian alam.
Akhirnya disepakati menjadi sistem tiket seperti sekarang. Harga tiket yang dipatok bagi setiap pengunjung adalah Rp 10.000 yang dikelola langsung oleh Perhutani. Sedangkan masyarakat melalui Yayasana Bhakti Alam mengelola pendapatan dari jasa pemandu, Rp 50.000 untuk guide dan Rp 50.000 untuk yayasan yang digunakan untuk pemulihan alam dan pengelolaan wisata.
Melalui Yayasan Bhakti Alam masyarakat membentuk CMC (Clungcup Mangroove Conservation). Masyarakat tidak hanya mengelola wisata tapi ekowisata, untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Manajemen Yayasan Bhakti Alam sangat tegas terhadap sampah. Pengelola sengaja tidak menyediakan tempat sampah di sepanjang jalur tujuannya agar semua barang bawaan dibawa kembali pengunjung sesuai yang telah didata. Hal itu untuk mengedukasi pengunjung akan kesadaran terhadap sampah.
Selain itu, pengunjung dibatasi, maksimal 600 pengunjung setiap hari, yang dibagi menjadi tiga kloter. Kloter pertama berangkat pukul 5.00-7.00. Kloter kedua pukul 10.00-1200. Kloter terakhir pukul 15.00-17.00. Malam hari tidak diperbolehkan ada aktivitas apa pun di Pantai Tiga Warna. Sebelum Magrib petugas harus memastikan sudah tidak ada lagi pengunjung di pantai.
Pemerintah Daerah setempat diharapkan agar mau memberikan bantuan dalam bentuk dana untuk akses pengembangan kawasan wisata. Saat ini, akses yang dilalui berupa jalan setapak yang menjadi becek saat turun hujan. Dengan bantuan dari pemerintah, pengelola dapat memperbaiki jalur dengan paving block. [Source : PRM 26/03/2017]
Mantap :D
BalasHapus