Di Bandung tempo dulu, tepatnya di Pasar Baru, di antara saudagar asal India, Arab, Sunda, dan Jawa, terselip pula saudagar asal Palembang yang tersohor sukses berniaga. Penduduk lokal biasanya menyebut para saudagar itu dengan sebutan orang pasar. Beberapa orang pasar asal Palembang yang berjaya kala itu adalah Encek Azis yang sekarang namanya dipakai nama salah satu jalan di belakang Pasar Baru. Ada pula KH Anang Thayib, Abdul Syukur, dan H Ali yang banyak membeli tanah di Jalan Kebonkawung. Di samping selatan Pasar Baru, terdapat juga satu jalan bernama Tamim. Tak lain, H Tamim juga adalah seorang saudagar Palembang dan namanya diabadikan menjadi nama jalan yang menjadi ikon Kota Bandung.
Belum diketahui apa nama jalan sepanjang 500 meter itu sebelum diberi nama Jalan Tamim. Akan tetapi, Jalan Tamim nyatanya merupakan tempat berjualan barang-barang kelontong sejak tahun 1960-an. Pada perkembangannya, Tamim berubah menjadi tempat penjualan tekstil yang ketenarannya bahkan menyaingi sentra kain di Cigondewah Bandung. Banyak juga yang menyebut Tamim sebagai Tanah Abangnya Kota Bandung. Uniknya, hanya sedikit pedagang di Tamim yang memberi nama toko mereka, kebanyakan toko dilabeli nomor gedung saja.
Cerita mengenai berubahnya Tamim menjadi pusat belanja pakaian jadi bermula pada 1983 ketika Ny. Kanti, salah seorang pedagang di sana, menerima titipan untuk menjual pakaian jadi. Masyarakat pun menyukainya sehingga lambat laun para pedagang mulai beralih haluan untuk menjual pakaian jadi. Salah satu produk Jalan Tamim yang sempat mengangkat Kota Bandung adalah kain jins.
Jauh sebelum Jalan Cihampelas menjadi sentra jins di Bandung, Jalan Tamim sudah lebih dulu merasakan ketenaran menjadi pusat belanja jins pada akhir 1980-an dan sepanjang dekade 1990-an. Pengunjung yang ingin membeli jins tinggal menyebutkan merek jins yang mereka incar dan kain pun akan didapatkan. Soal mengubah kain jins menjadi celana, pengunjung tinggal memilih para penjahit mahir yang berderet di sepanjang jalan. Saat itu, bahkan tak sedikit warga Bandung yang pergi ke Tamim ketika hanya ingin merombak, memodifikasi, atau memotong celana jins mereka. Setelah Cihampelas menjadi sentry jtns dan bermunculan factory outlet, ketenaran Jalan Tamim sedikit memudar. Kini Tamim lebih dikenal sebagai tempat berjualan aneka jenis kain dengan harga miring.
Namun, selain pusat belanja kain, ada daya tarik lain yang dimiliki Kawasan Tamim. Masih banyak bangunan di Tamim yang merupakan peninggalan kolonial Belanda, salah satunya bangunan tua nomor 22 yang masih mempertahankan bentuk aslinya. Jadi, selain belanja, pengunjung juga bisa sambil cuci mata, memandangi kawasan pecinan beserta bangunan-bangunan khasnya meskipun sebenarnya beberapa bangunan sudah direnovasi dan dijadikan rumah toko.
Informasi Lokasi
Lokasi : Jalan Tamim, Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota'Bandung. Diapit Jalan Jendral Sudirman, Jalan Dulatip, Jalan Oto Iskandardinata, dan Jalan Pasar Selatan
Jumlah toko : 65 toko dan 35 ruko
Panjang Jalan : 500 meter
Posting Komentar untuk "Kawasan Tamim, Tanah Abangnya Kota Bandung"
Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif. Terima kasih.