TES HIV merupakan suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan seseorang positif terinfeksi HIV atau tidak. Tes ini diperlukan paling tidak agar seseorang bisa tahu sedini mungkin akan status kesehatan dirinya, apakah selama ini positif terinfeksi HIV atau justru sebaliknya. Kesadaran untuk ber-tes HIV sendiri di negara kita diakui masih amat rendah, hal ini dimungkinkan karena orang yang mau tes merasa takut apabila kerahasiaan akan bocor, tidak siap mental untuk menerima hasil tesnya (bila positif) karena di masyarakat masih ada saja diskriminasi terhadap ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dan berbagai alasan lain.
Padahal apabila kita sendiri merasa selama ini berperilaku berisiko, misalnya, pernah melakukan hubungan seks dengan orang yang kita tidak yakin riwayat seksualnya, pernah transfusi darah, pakai jarum suntik Narkoba secara bergantian tanpa disterilkan dulu, maka sebaiknya kita perlu untuk melakukan tes HIV.
Semakin kita segera tahu posisi kesehatan kita, maka banyak hal positif yang bisa kita perbuat ke depan. Tes HIV juga bermanfaat untuk kepentingan penanggulangan HIV/AIDS, karena dapat menggambarkan besarnya masalah epidemi HIV/AIDS di masyarakat yang disebut dengan surveilans. Dan yang paling penting, bila seseorang melakukan tes HIV dan dinyatakan positif maka akan memberikan kesempatan pada orang tersebut untuk segera memulai pengobatan, karena makin cepat seseorang tahu status HIV-nya maka semakin besar manfaat dari pengobatan tersebut, serta menjadi lebih waspada terhadap berbagai hal yang dapat membahayakan dan memperburuk kesehatannya. Beberapa ODHA bertekad melakukan berbagai hal positif setelah mereka mengetahui terinfeksi HIV, misalnya dengan aktif di organisasi AIDS dan menyumbangkan tenaganya untuk berbagai kegiatan pencegahan AIDS.
Bagaimana prosedur tes HIV?
Tes ini sifatnya sukarela, artinya bahwa orang yang akan melakukan tes berdasarkan atas kesadaran diri sendiri dan tanpa paksaan dari siapa pun. Dan yang pasti apa pun hasil diagnosis secara laboratoris (hasil postif atau negatif) harus dijamin kerahasiaannya dan tidak diperbolehkan untuk disebarluaskan. Bila perlu tes ini bisa saja anonim (tanpa nama), misalnya untuk keperluan survei kesehatan.
Beberapa aturan main yang disebut di atas tentu tidak hanya sebatas itu, yang tak kalah penting untuk dilakukan di saat orang akan melakukan tes HIV adalah konseling. Pada konseling pra-tes, yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang akan melakukan tes diambil maka dilakukan konseling dulu. Sebelum menjalani tes seseorang perlu menyadari dan tahu akan arti positif dan negatifnya untuk kehidupan selanjutnya.
Konseling pra-tes ini juga sangat membantu apakah seseorang dapat menerima hasil positif secara rasional. Selain itu, konseling pra-tes mempunyai manfaat untuk membantu seseorang berperilaku yang lebih aman terhadap kemungkinan infeksi HIV, meyakinkan terhadap keputusan yang diambil mau tes atau tidak, mempersiapkan dan membantu seseorang bila hasilnya nanti positif.
Bagaimana cara kerja tes HIV ?
Kita semua sudah pada tahu bahwa virus HIV tidak langsung dapat dideteksi pada bulan-bulan pertama infeksi, namun apabila dalam darah seseorang sudah mengandung virus selama beberapa bulan (kurang lebih tiga bulan) maka dalam tubuhnya akan menghasilkan antibodi yang gunanya untuk melawan bibit penyakit yang masuk, salah satunya virus HTV. Antibodi yang dihasilkan tubuh inilah yang digunakan untuk melacak ada atau tidaknya HTV dalam darah. Umumnya tes darah yang dilakukan menggunakan tes ELISA. Bila pada saat tes ELISA hasilnya positif maka akan dikonfirmasi dengan tes Western Blot. Kedua tes ini hanya mampu digunakan untuk melacak antibodi yang dihasilkan tubuh, jadi bukan melihat virusnya.
Oleh karena, ELISA merupakan salah satu metode tes yang memiliki sensitivitas tinggi, namun spesifikasinya rendah, maka dikombinasikan dengan Western Blot, yaitu tes yang mempunyai spesifikasi tinggi namun sensitivitasnya rendah, maka dua metode ini biasanya akan dipadukan. Namun. disamping itu, sebenarnya ada juga tes yang mampu digunakan untuk mendeteksi virus HTV yaitu dikenal dengan sebutan NAT dan PCR, akan tetapi biayanya sangat mahal.
Apa sih gunanya tes?
Manfaat secara umum dengan dilakukannya tes HIV di antaranya untuk mengetahui perkembangan kasus HIV/AIDS, meyakinkan bahwa darah untuk transfusi dan organ untuk transplantasi tidak terinfeksi HTV dan segera mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak. Namun, prinsip yang harus diingat adalah bersifat sukarela (tanpa paksaan), rahasia (hasil hanya diketahui oleh yang bersangkutan dan konselor), keputusan apa pun tetap di tangan klien (semua keputusan baik sebelum dan sesudah tes merupakan keputusan klien).
Selain manfaat secara umum. manfaat untuk orang yang melakukan tes HTV ada empat buah.
- Pertama, meningkatkan kesehatan dan pengobatan, karena ini merupakan titik awal untuk segera memperoleh pencegahan dan pengobatan infeksi yang lainnya (infeksi oportunistik).
- Kedua, akan dapat memilih keputusan yang tepat yang berkaitan dengan rencana hidup, karena ini merupakan titik awal dalam membuat keputusan di masa depan.
- Ketiga dapat ikut mencegah penularan ke orang lain yang belum terinfeksi.
- Keempat, seseorang yang HTV positif lebih dapat merencanakan kehidupan yang lebih positif dengan cara membantu orang lain, misalnya turut berpartisipasi aktif mengkampanyekan pencegahan AIDS.
Kendatipun jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia kelihatannya masih sedikit, namun tentu saja angka yang kita dapatkan selama ini tidak menjamin kondisi yang sebenarnya. Ingat dengan fenomena gunung es, data yang muncul hanya menggambarkan situasi di permukaan, sementara kasus yang tidak diketahui jauh lebih banyak. Angka kasus ini adalah dari orang-orang yang sudah melakukan tes HIV. Padahal berapa banyak sih yang mempunyai kesadaran melakukan tes HTV secara sukarela? Walaupun merasa perilakunya berisiko, belum tentu bersedia melakukan tes.
Di mana bisa melakukan tes HIV
Sayangnya tidak semua klinik atau rumah sakit menerima permmtaan tes HIV. Di Jakarta, tes antara lain bisa dilakukan di Pokdisus RSCM yang bekerja sama dengan Bagian Patologi Klinik RSCM/FKUI, teleponnya (021) 3903838/3905250, YPI (Yayasan Pelita Ilmu), teleponnya (021) 8354691/ 8311577, atau di laboratorium klinik swasta tertentu. Biayanya berkisar antara Rp 47.000 sampai Rp 150.000. Biaya konseling biasanya gratis, dan hasil tes bisa diambil seminggu kemudian (karena harus melalui cross-check apabila hasilnya positif). Kalau Anda ada di Yogyakarta, Anda bisa tes di PKBIDTY; teleponnya (0274) 513595.
Posting Komentar untuk "Mengenal Tes HIV"
Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif. Terima kasih.