Meski identik dengan Idul Fitri, ketupat bukanlah esensi dari hari raya tersebut. Apalagi yang identik dengan Lebaran? Memakai baju baru, setidaknya untuk anak-anak. Namun, untuk mereka yang lebih dewasa, setelah berpuasa sebulan penuh, Idul Fitri seyogyanya memiliki makna yang lebih dari sekadar makna duniawi.
Menyucikan diri dengan berpuasa selama bulan Ramadan sebaiknya ditutup tidak dengan pesta pora atau kalap menyantap segala hidangan. Justru, semakin menyadari bahwa berpuasa adalah salah satu jalan untuk membuka mata tentang banyak hal. Bukankah demikian?
Ada baiknya, sebagai orang yang telah dewasa, memberi contoh makna puasa dan Lebaran kepada anak-anak. Bahwa puasa dan Lebaran bukanlah waktunya untuk beriang gembira. Boleh saja, tetapi ada batasnya.
Sebaiknya beri contoh kepada anak-anak bahwa Lebaran adalah saat untuk memaafkan. Ajari mereka menghormati orang yang lebih tua. Ajari anak-anak untuk meminta maaf kepada yang lebih tua, terutama orangtua. Tentunya, dengan cara yang khusyuk, sekhusyuk ketika melakukan ibadah salat.
Ajak juga anak-anak bersilaturahmi ke rumah tetangga. Jangan tinggal mereka di rumah, sementara hanya Anda dan suami yang berkeliling. Jika diajari sejak dini, kebiasaan itu akan terbawa ketika mereka dewasa nanti.
Satu lagi, ajari juga anak untuk memaafkan. Contohnya, anak Anda memiliki teman yang berbuat jahil. Ketika berlebaran, jika si teman tersebut meminta maaf, segera minta anak Anda untuk membalas salam dan kemudian sama-sama meminta maaf.
Jika anak-anak sudah memahami makna sebenarnya dari Idul Fitri, mereka akan mengerti pula bahwa hari tersebut bukanlah sekadar hari untuk berbaju baru atau makan ketupat sebanyak-banyaknya.
Posting Komentar untuk "Idul Fitri Bukan Sekadar Pesta Ketupat"
Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif. Terima kasih.