Karena Islam selalu mengajarkan umatnya untuk memelihara rasa persaudaraan dan persatuan, pada Idul Fitri, mudik jadi tradisi yang sulit terhindarkan. Banyak manfaat yang bisa dipetik dari kebiasaan ini, diantaranya tidak melupakan dari mana kita berasal, juga melepas rindu pada kampung halaman.
Namun, mudik tanpa persiapan matang, terutama untuk jarak jauh, bisa merepotkan. Salah-salah tubuh bisa keletihan. Apalagi jika anak-anak pun turut serta. Jika perencanaan kurang mantap, bukan tak mungkin malah jatuh sakit begitu sampai di tujuan. Alhasil, acara silaturahmi pun gagal. Nah, bagaimana agar tubuh kita tetap bugar meskipun mudik bersama anak-anak?
Jika mudik menggunakan kendaraan pribadi, bersihkanlah bagian dalam mobil sebelum berangkat, terutama sela-sela jok, juga AC mobil. Jika perlu, bubuhkan desinfektan untuk membunuh kawanan bakteri Chlamydia sp, Excheriachia sp, atau Legionella sp yang gemar bersarang di daerah itu.
Jika AC dikerumuni kuman, saat kesejukannya menyebar ke seluruh ruangan mobil, saat itu pula bakteri menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung, atau masuk lewat lubang kuping. Jika berstamina prima, masuknya kuman bukan masalah.
Kalau berpuasa, hindari konsumsi softdrink atau susu dalam jumlah banyak sekaligus saat sahur. Persiapkan pula kondisi anak-anak yang kadang-kadang mengalami mabuk perjalanan sebaik mungkin. Kenakan pakaian yang nyaman dan hindari makanan yang terlalu gurih atau berlemak tinggi karena ini bisa merangsang rasa mual.
Jika mau lebih aman, konsumsilah bahan anti mabuk perjalanan alamiah seperti minuman asam jawa yang bercampur gula merah atau cukup dengan mengunyah manisan/asinan jahe saat sahur. Bahan-bahan ini dipercaya bisa menumpas mual dan pusing-pusing. Namun, jika si kecil tampak kepayahan karena mengalami mabuk, jangan paksakan ia untuk terus berpuasa. Berikan makanan penyegar seperti buah-buahan, misalnya.
Sesekali ada baiknya melakukan stretching atau peregangan di dalam kendaraan. Minimal 3 jam sekali untuk menghindari kekakuan otot dan sendi. Kalau sempat turun dari kendaraan, itu akan lebih baik. Bisa lari-lari kecil di tempat atau melakukan olah raga ringan agar aliran darah dari bawah ke atas lancar. Gerak-gerakan tangan, kaki, bahu, dan pinggang dengan perlahan namun bertenaga.
Untuk menetralisasi kondisi kaki karena terlalu lama dalam posisi tetap, lakukan gerakan berdiri jongkok, secara bergantian. Tekuk-tekuk dan luruskan kaki secara beraturan agar tidak terjadi kejang otot saat mengemudi atau duduk dalam kendaraan.
Sesampai di kampung halaman, jika jarak tidak terlalu jauh, ada baiknya berjalan kaki saat mengunjungi sanak saudara. Ini merupakan aktivitas istirahat. Selebihnya, malam hari (setelah pukul 21.00 WIB) bisa santai dengan posisi terlentang sambil meluruskan kaki. Jika mungkin, sesekali posisikan kaki pada tempat lebih tinggi agar peredaran darah lebih lancar.
Jika kebugaran terus dijaga, meski rutinitas kurang terkendali selama mudik, sebetulnya tak jadi masalah. Orang berstamina prima relatif lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan-perubahan. Dengan demikian, tak ada istilah lesu pasca Lebaran, sampai-sampai harus memperpanjang liburan.