Yusuf Qardawi berpendapat bahwa salah satu fungsi saum atau puasa Ramadhan adalah litazkiyat al-nafs wa tazkiyat al-amal, yakni untuk membersihkan jiwa dan amal perbuatan.
Dalam bulan Ramadhan terdapat pranata 'ubudiyah dan ijtima'iyah yang ditentukan oleh dalil Al Qur'an dan hadits sebagai amaliah yang dapat membersihkan diri, harta dan perbuatan dari dosa, kekotoran, dan kesalahan.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa yang mengerjakan saum Ramadhan karena iman dan penuh harapan maka diampuni segala dosa yang telah dilakukannya," (H.R. Bukhari). Allah SWT berfirman," Ambillah sedekah (zakat) dari harta mereka untuk membersihkan dan menyucikan," (Q.S. :10). Idul Fitri merupakan kesempatan untuk saling memaafkan kesalahan sesama insan sehingga dapat diampuni dosanya oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW membagi bulan Ramadhan dalam 10 hari pertama sebagai rahmat atau kasih sayang, 10 hari kedua sebagai maghfirah atau ampunan, dan 10 hari terakhir sebagai itqun min al-nar, yakni kebebasan dari api neraka. Bila keluar kita setelah Idul Fitri, kita seperti bayi baru lahir dari rahim sang ibu. Itulah sebabnya selama Ramadhan kita mendawamkan doa "Allahumma innaka 'afuwwun karim, tuhibbul-afwa, fa fu'anni," Artinya, "Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Maha Mulia serta menyukai pemaafan, maafkan dan ampunilah kami."
Peluang yang begitu terbuka dalam akselerasi Ramadhan membuahkan kesadaran pada setiap Muslim untuk mawas diri, introspeksi, dan mengingat-ingat kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan selama ini. Setelah itu kita minta maaf kepada setiap orang, lalu beristigfar dan minta ampun kepada Allah SWT atas kesalahan dan dosa tersebut. Kemudian mengganti kesalahan dan mengisinya dengan amal saleh dan khazanah, baik yang termasuk ibadah muhdah maupun gair muhdah. Allah SWT menjelaskan bahwa barang siapa yang bersabar kepada Allah SWT, menegakkan shalat, menunaikan infak dan mengganti kesalahan dengan kebaikan maka akan sukses hidupnya dalam kebahagiaan. (Q.S. 13:22).
Budaya mudik silaturahim halalbihalal dan sungkeman seyogianya dimotivasi kesadaran membersihkan diri dengan membina komunitas Muslim yang harus tegak dalam kebersamaan yang utuh untuk membina kebajikan dan ketakwaan.
Kesadaran (consciousness) merupakan intipati manusia, mengisi ketiga aspek kemampuan manusia yakni kognitif, afektif, dan psikomotor atau cita, rasa, dan karsa. Manusia tegak dengan kesadarannya, demikian pula runtuh dengan kesadarannya. Bila tegak dalam kesadaran yang positif manusia lebih tinggi dari malaikat dan sebaliknya bila runtuh dalam kesalahan, manusia menjadi lebih hina dari binatang (Q.S. 25:44)