Dahulu kala di Pulau Sumatra ada seorang gadis cantik bernama Putri Pinang Masak. Putri ini sangat terkenal akan kecantikannya. Kulitnya putih kemerah-merahan seperti namanya, yaitu bagai kulit pinang yang masak. Siapa yang memandang pasti akan terpesona. Akan tetapi, bukan hanya kerana kecantikan lahiriah diri gadis itu yang membuatnya terkenal, melainkan juga karena sifatnya yang lemah lembut dan baik hati sehingga membuat siapa saja akan selalu menyukainya. Para wanita dan sesama gadis ingin bersahabat dengannya, sedangkan para pemuda dan pangeran berebutan ingin mempersuntingnya. Namun, sejauh itu ia belum bermaksud berumah tangga.
Pada suatu hari, datanglah lamaran dari raja yang terkenal kaya raya dan sangat besar kekuasaannya. Sumber kekayaannya terutama dari tambang minyak. Jika lamarannya ditolak tentu sang raja akan murka. Mungkin akan timbul bencana peperangan. Padahal Puteri Pinang Masak tidak menyukai raja itu. Konon, karena raja itu wajahnya buruk. Putri Pinang Masak mencari akal. Bagaimana caranya menggagalkan lamaran si Raja Buruk Rupa.
Maka ia berkata kepada si utusan, "Baik, lamaran aku terima tapi dengan dua syarat. Pertama, Baginda harus mampu membuatkan istana yang indah berikut isi perabotannya hanya dalam tempo waktu satu malam saja. Mulai sore sampai terdengar ayam berkokok bersahut-sahutan."
"Yang kedua, jika Baginda gagal memenuhi syarat pertama, maka dia harus menyerahkan seluruh harta kekayaan dan kerajaannya kepada saya."
Ternyata Baginda menyanggupi syarat itu karena beliau sangat mencintai Putri Pinang Masak.
Baginda mulai mengumpulkan rakyat dan ahli pertukangan. Bukan hanya para tukang di kerajaannya. Ia bahkan menyewa dan membayar mahal para tukang dari luar negeri yang bersedia membantunya. Ini tak jadi soal, dia toh raja yang kaya raya. Para tukang itu diperintah bekerja dengan cepat karena istana itu harus selesai dalam waktu satu malam.
Putri Pinang Masak khawatir. Padahal permintaannya untuk membuat istana dalam waktu satu malam hanyalah sekedar alasan yang dicari-cari belaka. Agar Baginda tidak jadi menikahinya. Ternyata, Baginda dari timur adalah orang yang nekad. Ketika hari menjelang pagi, istana itu hampir selesai, hanya tinggal melicinkan saja.
Baginda sangat gembira. Sebuah kota baru telah muncul di tempat itu dengan tiba-tiba. Sebaliknya, Putri Pinang Masak sangat sedih. Ia tidak dapat tidur malam itu. Hatinya sangat risau. Ia terus mencari akal untuk menggagalkan niat Baginda dari timur.
Tiba-tiba, Putri Pinang Masak mendapat akal. Ia pergi ke kandang-kandang ayam. Lampu yang sangat terang dipasangnya di kandang-kandang ayam itu. Ayam-ayam mengira hari telah siang. Mereka pun langsung berkokok berulang-ulang. Baginda dan rakyat yang sedang bekerja terkejut.
Dengan sangat berat hati Baginda berkata kepada rakyat dan para tukang, "Sudah, hentikan pekerjaan ini!"
"Mengapa, Baginda? Bukankah pekerjaan kita hampir selesai?" tanya salah seorang pekerja.
"Betul katamu. Tetapi, kita telah kalah. Dalam perjanjian, istana ini sudah harus selesai sebelum ayam berkokok," kata Baginda.
Pekerjaan dihentikan dengan sangat terpaksa. Para tukang bangunan kembali ke negeri mereka di timur. Akan tetapi, Baginda masih berdiri di tempat itu. Hatinya hancur.
Putri Pinang Masak datang menemuinya.
"Baginda, Anda telah gagal memenuhi syarat saya. Apakah istana yang belum selesai ini hendak Baginda hancurkan lagi?"
Sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat maka Baginda Raja harus menyerahkan seluruh harta dan kerajaannya. Sejak saat itu, negeri timur diganti namanya menjadi negeri Putri Pinang Masak. Gadis cantik itu menjadi raja di negeri itu.Orang-orang dari negeri lain menyebut negeri itu sebagai Negeri Pinang. Pinang dalam bahasa Jawa adalah Jambe, maka raja-raja dari Jawa menyebutnya dengan sebutan Kerajaan Jambe.Lama-lama sebutan Jambe berubah menjadi Jambi.Demikianlah asal mula sebutan kota Jambi.
Pada suatu hari, datanglah lamaran dari raja yang terkenal kaya raya dan sangat besar kekuasaannya. Sumber kekayaannya terutama dari tambang minyak. Jika lamarannya ditolak tentu sang raja akan murka. Mungkin akan timbul bencana peperangan. Padahal Puteri Pinang Masak tidak menyukai raja itu. Konon, karena raja itu wajahnya buruk. Putri Pinang Masak mencari akal. Bagaimana caranya menggagalkan lamaran si Raja Buruk Rupa.
Maka ia berkata kepada si utusan, "Baik, lamaran aku terima tapi dengan dua syarat. Pertama, Baginda harus mampu membuatkan istana yang indah berikut isi perabotannya hanya dalam tempo waktu satu malam saja. Mulai sore sampai terdengar ayam berkokok bersahut-sahutan."
"Yang kedua, jika Baginda gagal memenuhi syarat pertama, maka dia harus menyerahkan seluruh harta kekayaan dan kerajaannya kepada saya."
Ternyata Baginda menyanggupi syarat itu karena beliau sangat mencintai Putri Pinang Masak.
Baginda mulai mengumpulkan rakyat dan ahli pertukangan. Bukan hanya para tukang di kerajaannya. Ia bahkan menyewa dan membayar mahal para tukang dari luar negeri yang bersedia membantunya. Ini tak jadi soal, dia toh raja yang kaya raya. Para tukang itu diperintah bekerja dengan cepat karena istana itu harus selesai dalam waktu satu malam.
Putri Pinang Masak khawatir. Padahal permintaannya untuk membuat istana dalam waktu satu malam hanyalah sekedar alasan yang dicari-cari belaka. Agar Baginda tidak jadi menikahinya. Ternyata, Baginda dari timur adalah orang yang nekad. Ketika hari menjelang pagi, istana itu hampir selesai, hanya tinggal melicinkan saja.
Baginda sangat gembira. Sebuah kota baru telah muncul di tempat itu dengan tiba-tiba. Sebaliknya, Putri Pinang Masak sangat sedih. Ia tidak dapat tidur malam itu. Hatinya sangat risau. Ia terus mencari akal untuk menggagalkan niat Baginda dari timur.
Tiba-tiba, Putri Pinang Masak mendapat akal. Ia pergi ke kandang-kandang ayam. Lampu yang sangat terang dipasangnya di kandang-kandang ayam itu. Ayam-ayam mengira hari telah siang. Mereka pun langsung berkokok berulang-ulang. Baginda dan rakyat yang sedang bekerja terkejut.
Dengan sangat berat hati Baginda berkata kepada rakyat dan para tukang, "Sudah, hentikan pekerjaan ini!"
"Mengapa, Baginda? Bukankah pekerjaan kita hampir selesai?" tanya salah seorang pekerja.
"Betul katamu. Tetapi, kita telah kalah. Dalam perjanjian, istana ini sudah harus selesai sebelum ayam berkokok," kata Baginda.
Pekerjaan dihentikan dengan sangat terpaksa. Para tukang bangunan kembali ke negeri mereka di timur. Akan tetapi, Baginda masih berdiri di tempat itu. Hatinya hancur.
Putri Pinang Masak datang menemuinya.
"Baginda, Anda telah gagal memenuhi syarat saya. Apakah istana yang belum selesai ini hendak Baginda hancurkan lagi?"
Sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat maka Baginda Raja harus menyerahkan seluruh harta dan kerajaannya. Sejak saat itu, negeri timur diganti namanya menjadi negeri Putri Pinang Masak. Gadis cantik itu menjadi raja di negeri itu.Orang-orang dari negeri lain menyebut negeri itu sebagai Negeri Pinang. Pinang dalam bahasa Jawa adalah Jambe, maka raja-raja dari Jawa menyebutnya dengan sebutan Kerajaan Jambe.Lama-lama sebutan Jambe berubah menjadi Jambi.Demikianlah asal mula sebutan kota Jambi.
Posting Komentar untuk "Asal Mula Kota Jambi"
Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif. Terima kasih.